Tema : Pengertian dan Sejarah Digital Cinema
Digital Cinema
Sinema yang
sekarang berada di mall terdekat merupakan sinema digital atau di bilang
bioskop, tetapi sebetulnya sinema itu apa sih? Mari kita lihat pengertian
sinema itu sendiri. Sinema (akar kata dari cinema = kinematik = gerak). Film sebenarnya
merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas
seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang
berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar
= citra), jadi pengertiannya adalah suatu kumpulan gambar yang bergerak. Film
dapat diciptakan dengan menggunakan alamt bantu yang bernama kamera, karena
kamera inilah yang merekam/ melukis gerak dengan cahaya.
Bagaimana dengan
Digital Cinema? Sinema digital merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk
mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat
didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta
ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional.
Sinema digital
berbeda dari HDTV atau televisi high definition. Sinema digital tidak
bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau
peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan
pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.
Sinema digital
dapat dibuat dengan media video yang untuk penayangannya dilakukan transfer
dari format 35 milimeter (mm) ke format high definition (HD). Proses transfer
ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah
menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan
dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit, sehingga tidak perlu
dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu bioskop di Jakarta, film dapat
dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit.
Sejarah
Pemutaran media
digital hi-resolusi 2K file setidaknya memiliki sejarah 20 tahun dengan unit
penyimpanan data video awal (penggerebekan) menggodok sistem frame buffer
custom dengan memory besar. Konten biasanya dibatasi hingga beberapa menit
material. Transfer konten antara remote locations lambat dan memiliki kapasitas
terbatas. Proyek-proyek feature-length bisa dikirim melalui 'kawat' (Internet
atau link fiber dedicated) tidak sampai akhir 1990-an.
Pada tanggal 23
Oktober 1998, digital light processing (DLP) teknologi proyektor ditunjukkan
publik untuk pertama kalinya dengan merilis The Last Broadcast, film pertama
feature-length, di-shot, diedit dan didistribusikan secara digital.
Pada tanggal 18
Juni 1999, DLP Cinema teknologi proyektor Texas Instrument ditunjukkan publik
pada empat layar di Amerika Utara (Los Angeles dan New York) untuk rilis
Lucasfilm Star Wars: Episode I:. The Phantom Menace. Bioskop dengan proyektor
digital yang memproyeksikan cuplikan langsung dari komputer Pixar Animation.
Pada tanggal 19 Januari 2000, Society of Motion Picture dan Television
Engineers, di Amerika Utara, yang diprakarsai kelompok standar pertama yang di
dedikasikan untuk mengembangkan Digital Cinema.
Perkembangan
pada tahun selanjutnya adalah sangat pesat. Semua theater di dunia
berbondong-bondong menyuplai layar digital dan proyektor untuk di pasang di
masing-masing theater. Ini mencerminkan bahwa teknologi ini diterima dengan
sangat baik di khalayak luas.
Sampai 31 Maret
2015, 38719 layar (dari total 39.789 layar) di Amerika Serikat telah dikonversi
ke digital (15.643 dari yang 3D mampu), 3007 layar di Kanada telah dikonversi
(1.382 di antaranya adalah 3D), dan 93.147 layar internasional telah dikonversi
(59.350 di antaranya adalah 3D). Jumlah yang beratus-ratus kali lipat
dibandingkan dengan jumlah awal saat dikenalkan pertama kali. Dapat dilihat,
respon dan keinginan masyarakat sangat kuat akan Digital Cinema sampai detik
ini.
Banyak sekali contoh film yang menggunakan teknik digital cinema,
seperti Spy Kids 3-D: Game Over [Dimension Films] (Digital 3D) (2003), The
Nightmare Before Christmas (Re-Release) [Disney] (XPan 3d, Real D, Dolby 3D)
(2006), How to Train Your Dragon [Paramount/Dreamworks, designed in
stereoscopic 3D] (IMAX 3D, Real D) (2010).
Salah satu scene dalam film "How To Train Your Dragon"
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar