Tema : Perkembangan Teknologi 2D, 3D, dan 4D Beserta Contoh Software yang Digunakan
Film
cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari
Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film cerita
impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah penonton dan bioskop pun meningkat.
Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan. Film lokal pertama kali
diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat
memang. Karena pada tahun tersebut, di belahan dunia yang lain, film-film
bersuara sudah mulai diproduksi.
Perubahan
dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada
awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian
berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan
dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat
lebih nyata. Film tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga
dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan
kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan
dengan home theater.
Film 2 Dimensi (2D), 3
Dimensi (3D), dan 4 Dimensi (4D)
Perkembangan
teknologi dan komputer menyebabkan industri perfilman juga mengikuti
perkembangan yang ada. Mulai dari film bisu, film hitam putih, hingga film yang
kita kenal seperti sekarang ini seperti film 2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D).
Dilihat dari cara pembuatannya, film produksi luar negeri seperti 20th Century Fox,
Columbia Pictures, Dream Works SKG, Paramount Pictures, Pixar Animation
Studios, Sony Pictures Entertainment, Universal Studios, Walt Disney
Picture, lebih disukai baik di dalam negeri maupun luar negeri
dikarenakan beberapa faktor, yaitu ceritanya yang tidak membosankan, setting
yang menarik perhatian penonton, dan yang tak kalah pentingnya adalah efek yang
diberikan di setiap adegan film yang menambah film tersebut terlihat seperti
kenyataan.
1. Film 2 dimensi (2D)
Film
2D biasanya digunakan pada film kartun. Film ini memberika kelebihan dalam
penayangan yaitu memiliki suara yang jernih, gambar lebih halus, serta gambar
yang telah di sensor hampir tidak terlihat. Kelemahannya yaitu kualitas hasil
proyeksinya lebih kecil daripada film biasanya, dimana layar akan lebih kecil
dikarenakan jika menggunakan layar lebih besar kualitasnya akan semakin
berkurang. Softwae animasi 2D biasanya digunakan untuk membuat animasi
tradisional dimana memiliki kemampuan dalam mengatur gerak, menggambar,
sebagian bisa mengimpor suara dan mengatur waktu. Software yang digunakan yaitu
Macromedia Flash,GIF Animation dan Corel Rave, Swish Max, After Effects, Moho,
CreaToon, dan ToonBoo. Contoh film 2D adalah Shincan, Looney Toons, Pink
Panther, Tom and Jerry, dan Scooby Doo
Kualitas
film 3D memberikan tayangan 3 dimensi atau terlihat lebih nyata dengan
menggunakan bantuan alat kacamata khusus. Jika tidak, gambar akan terlihat blur
atau buram. Kacamata yang sering digunakan pada format film 3D adalah Red/Cyan
dimana red (merah) di kiri dan cyan (biru) di kanan. Kelemahannya adalah film
format 3D tidak disertai dengan terjemahan dikarenakan akan mengurangi kualitas
film. Penggunaan kacamata dalam film 3D hanya pada bioskop, sedangkan pada
televisi tidak memerlukan kacamata.
Pada
penayanagan film 3D, menggunakan dua proyektor yaitu interlocking atau
dengan menggunakan satu proyektor tapi memiliki dua lensa. Beberapa merk
proyektor yang sering digunakan pada sinema digital adalah Barco, Sony,
Kinoton, dan Christie. Berikut beberapa sistem penayangan sinema digital pada
film 3D :
1. Real D adalah sistem
3D yang digunakan karena efek 3D yang dihasilkan akan terus stabil tidak akan
mengurangi kualitas film jika ditonton pada posisi kepala menunduk atau
mendongak. Dikarenakan teknologi yang dipakai menggunakan circular
polarization yang terdapat pada lensa kacamata dan perangkat yang
berfungsi sebagai pengatur pencahayaan yang terpasang di optic proyektor.
Didepan lensa proyektor, Real D memasang filter polarisasi. Silver screen
merupakan layar khusus pada sistem Real D
2. Dolby 3D dengan menggunakan
teknologi colorwheel yang terdapat beberapa filter berwarna
dengan fungsi mentransmisikan gambar dengan macam-macam level gelombang cahaya
berguna dalam menayangkan efek gambar 3D. Pada Dolby 3D dipasang cakram
spektrum warna didepan lampu proyektor untuk memodifikasi proyektor digital.
3. IMAX 3D merupakan
suatu perusahaan di bidang teknologi bioskop dimana awalnya hanya ikut dalam
penayangan serta pengambilan gambar yang beresolusi lebih tinggi 35 mmpada
format filmya yaitu 70 mm proyektor untuk penayangan dan 65 mm film negatif
pada kamera IMAX. Perkembangan teknologi membuat kualitas gambar menjadi lebih
baik dari 2K dalam 2 proyektor menjadi 4K dalam satu proyektor.
3. Film 4 dimensi (4D)
Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar pada bioskop-bioskop khusus saja.
4. Film Berteknologi 5D, 6D Bahkan Hingga 9D
5D Cinema: Membiarkan penonton dari pendengaran, penglihatan, penciuman, sentuhan dan orientasi untuk mencapai dinamis lima aneh bayangan ilusi.
6D Movie Theater: teater adalah total enam aula video, bermain enam film pendek, film masing-masing efek khusus akan bervariasi sesuai dengan perubahan di Kantor plot film, menyesuaikan lingkungan di dalam teater, seperti suara, suara,
Dalam waktu 3D 4D, 5D bioskop, dengan efek tempat duduk dan dampak lingkungan, pengalaman visual nyata dengan khusus, efek iritan disinkronkan kinerja untuk mensimulasikan adegan dengan kewenangan khusus dibentuk untuk meniru yang sebenarnya penonton untuk berpartisipasi dalam acara untuk menonton film
Guangzhou Xindy Animasi Technology Co.Ltd. desain dan manufaktur set lengkap Peralatan bioskop 5D dengan luar cabin.Based pada lebih dari 14 tahun Perindustrian pengalaman teknologi, sejumlah keterampilan teknis khusus dan kontingen tim staf terampil, kami mengabdikan diri untuk penelitian dan pengembangan, manufaktur dan penjualan sistem bioskop 4D,5D Cinema, 6D bioskop teater,interaksi 7D bioskop,truk mobile 9D bioskop, Kabin taman 11d bioskop Systems, 5d 7d 6d Cinema Theater.
Aplikasi
pembuatan film ini dikenal dengan nama CGI atau Computer Generated Imagery dan
juga beberapa software yang populer dari aplikasi ini seperti Maya, Blender,
Art of Illusion dll. CGI merupakan penerapan bidang komputer grafis khususnya
dalam bidang 3D untuk efek khusus, iklan, program televisi maupun media cetak.
Salah satu efek dari aplikasi CGI adalah digital grading, dimana warna asli
objek pada saat shooting bisa dirubah sehingga sesuai dengan skenario.
Contohnya adalah dalam film The Lord of the Rings, pada wajah Sean Bean yang
ketika meninggal dibuat lebih pucat. Efek ini adalah murni efek komputerisasi
dari aplikasi CGI, digital grading, dan bukan efek makeup. Penggunaan software
ini memang sedikit banyak mempermudah pengambilan gambar karena bisa dilakukan
langsung bersamaan pada saat editing. Jika menggunakan makeup akan ada waktu
yang terbuang untuk menghapus makeup dan menggantinya lagi.
Teknologi
yang semakin canggih tentu membutuhkan biaya yang juga tidak sedikit dan
teknologi CGI ini tergolong teknologi yang cukup mahal. Satu frame CGI biasanya
dibuat berukuran 1,4–6 megapiksel dan untuk membuat satu tokoh dengan adegannya
saja biasanya dibutuhkan waktu untuk rendering setiap frame 2-3 jam, bahkan
bisa jauh lebih lama jika membutuhkan sebuah adegan yang kompleks.
Cara
sederhana untuk membuat efek pada suatu film, kita dapat menggunakan 3DMax,
lightwave, Cinema4D, Maya, atau software yang gratis seperti Blender. Software
tersebut sebenarnya merupakan software 3D modelling yang juga bisa untuk
animasi. Selain software diatas ada beberapa software yang memang khusus untuk
keperluan animasi & visual effect movie yaitu Vue, Bryce, Poser, dan DAZ
Studio. Setelah animasi dan visual effect selesai selanjutnya dilakukan
kombinasi atau penggabungan antara visual effect yang biasa disebut
compositing. Software yang digunakan memiliki kemampuan dan fasilitas yang
canggih dengan kualitas yang baik. Kelebihan dalam membuat objek 3D yaitu dalam
pemberian efek , pengaturan dan penyesuaian gerak, impor suara dan video, serta
yang lainnya. Beberapa software yang digunakan yaitu dengan Apple Shake, Adobe
After Effects, Autodesk Combustion, D2 Software Nuke, Eyeon Digital Fusion,
Jahshaka, MAX Studio, Alias Wave Front AMA, Light Wave, Poser (figure
animation), Bryce (landscape animation), dan Maya. Namun untuk hasil yang lebih
real atau nyata bisa menggunakan platform yang mengkombinasikan solusi software
& hardware. Platform tersebut bisa dengan Autodesk Inferno, Autodesk Flame,
dan Autodesk Flint.
Software
pendukung yang biasa digunakan dalam pembuatan film 3D adalah sebagai berikut :
1. Adobe Premiere Pro 2.0
Adobe
Premiere Pro 2.0 merupakan seri terbaru dari Adobe Premiere. Adobe Premiere Pro
2.0 adalah salah satu program yang sangat popular dalam dunia editing film.
Program ini dibuat oleh perusahaan software yang terkenal, yaitu Adobe. Adobe
Premiere Pro 2.0 dibuat untuk melakukan editing film dan juga untuk membuat
animasi video digital.
2. Adobe Photoshop 9.0
Adobe
Photoshop 9.0 adalah Software Editing Image yang sangat popular. Software ini
dibuat dengan fitur lengkap sehingga menghasilkan karya image yang lebih bagus
dan handal.
3. 3D Studio Max 7.0
3D
Studio Max adalah software grafik yang memadukan antara Graphic Vector dengan
Raster Image. Pemaduan ini bertujuan untuk menghasilkan hasil rancangan Virtual
Reality atau mendekati keadaan yang sebenarnya.
4. Adobe After Effects
7.0
Adobe
After Effects 7.0 adalah software yang digunakan untuk membuat berbagai efek
pada sebuah animasi.
Contoh
film dengan menggunakan sistem animasi 3D adalah Bugs Life, AntZ, Dinosaurs,
Final Fantasy, Toy Story Series, Monster Inc., Finding Nemo, The Incredible,
Shark Tale, dan masih banyak lagi.
Pembuatan
film 3D pada dasarnya bisa dibagi menjadi tiga jenis, live action,
animasi, dan konversi 2D ke 3D. Pembuatan film live action membutuhkan
dua tahapan: syuting dengan kamera 3D dan pasca produksi (editing,
colorgrading, mastering, dan sebagainya). Pembuatan animasi 3D dianggap
lebih sederhana dengan menggunakan kamera virtual di komputer dan kesalahan
efek 3D lebih bisa dihindari daripada pembuatan film 3D live action.
Konversi
2D ke 3D merupakan proses alternatif. Pengambilan gambar dilakukan secara 2D
namun dalam pasca produksi dilakukan keputusan bahwa film juga diedarkan secara
3D. Proses konversi 2D ke 3D merupakan proses yang sangat intensif karena
dilakukan duplikasi semua frame film agar didapat gambar ganda untuk mata kanan
dan kiri sehingga biaya paska produksi membengkak. Biasanya konversi dilakukan
terhadap film-film lama yang dirilis ulang ke format 3D seperti Nightmare
Before Christmas dan Titanic(90an).
Biasanya
proses pengambilan gambar (optik atau digital) memerlukan dual camera
rig. Ada dua macam rig 3D yang umum yaitu side by
side dan mirror rig. Side by side rig adalah
penempatan dua kamera identik secara berdampingan. Sistem ini lebih sederhana
dibandingkan sistem mirror rig namun mempunyai
kelemahan. Rig ini hanya ideal untuk kamera kecil. Pada kamera
besar jarak kedua kamera menjadi terlalu dekat hingga bisa muncul masalah:
interocular/interaxial (perspektif paralel jarak kedua lensa dari kedua kamera)
tidak bisa cukup kecil untuk shot close up. Akibatnya
kedalaman gambar terdistorsi memanjang.
Mirror
rig berhasil
mengatasi masalah itu namun mempunyai kelemahan lain: polarisasi gambar;
pantulan atau refleksi pada sebuah objek di satu mata tidak ditemukan di mata
lain. Problem ini bisa dikoreksi dengan menggunakan filter polarizer di
lensa yang terdapat pantulan. Akibatnya cahaya yang masuk ke kamera berubah.
Selain
menggunakan dual camera rig, ada pilihan ketiga, yaitu dengan
menggunakan satu kamera dengan sistem dua lensa. Panasonic merupakan perusahaan
pertama yang membuat kamera video digital berkualitas resolusi HD dengan dua
lensa untuk membuat film 3D. Kamera ini menjadi alternatif bagi orang yang mau
membuat film 3D dengan bujet lebih murah karena hanya menggunakan satu kamera.
Kabarnya kamera ini digunakan pertama kali untuk membuat film Sex and
Zen 3D: Extreme Ecstacy (Hongkong, 2011), yang merupakan film semi
porno 3D pertama di dunia yang dibuat dengan teknologi digital.
Selain
memilih sistem kamera yang cocok, ada dua metode yang harus diperhatikan dalam
pengambilan gambar 3D yaitu parallel dan convergence. Parallel adalah
cara mengambil dua gambar dari kamera yang perspektifnya paralel lurus ke
depan. Cara ini adalah cara yang sangat aman namun memerlukan usaha dan waktu
banyak dalam penanganan paska produksi. Convergence, adalah cara
menyilangkan perspektif kedua kamera sehingga kamera kanan mengambil gambar ke
kiri sedang kamera kiri mengambil gambar ke kanan. Hasil dari pengambilan
gambar ini lebih gampang diolah di tahap pasca produksi namun apabila
terjadi over-convergence (penyilangan berlebihan), hasil
syuting sulit untuk diproses menjadi gambar 3D yang baik.
Pengerjaan
pasca produksi untuk film 3D membutuhkan perangkat yang mendukung materi 3D.
Alat-alat yang dimaksud adalah display monitor atau proyektor,
sistem color grading, dan online editing/special effect.
Monitor
atau proyektor yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk melihat gambar
film 3D. Ada dua jenis sistem yang bisa digunakan, aktif dan pasif. Sistem
aktif adalah dengan menggunakan kacamata 3D dari LCD (Liquid Crystal Display)
yang secara berganti-gantian berkedip-kedip antara mata kanan dan kiri. Kaca
mata ini merupakan perangkat elektronik yang terkoneksi dengan infra merah
ke display monitor. Selain mahal, kaca mata ini membutuhkan tenaga
baterai dan biasanya hanya dijual sebagai satu set dengan alat display merek
yang sama dan umumnya tidak kompatibel dengan monitor atau proyektor 3D
merek lain. Sementara sistem pasif menggunakan kaca mata polarized 3D
biasa yang tidak mahal haganya dan bisa dipakai dengan display monitor atau
sistem proyektor 3D profesional merek apa saja.
Berbagai
merek alat color-grading maupun online editing di
masa sekarang memiliki fitur untuk pengerjaan film 3D yaitu kemampuan untuk
mengerjakan dua track gambar untuk mata kanan dan mata kiri
dengan mengatur axis x, y, dan z (sistem koordinat Cartesian). Pada pengerjaan
film 2D, pengaturan dimensi gambar direpresentasikan dengan menggunakan fitur
axis x dan y yang merepresentasikan panjang dan tinggi gambar film. Sedang
untuk pengerjaan film 3D ditambahkan axis y yang mengatur depth (kedalaman
persepektif) untuk mendapatkan efek tiga dimensi. Quantel Pablo merupakan salah
satu contoh merek gabungan sistem color-grading dan online
editing yang pertama keluar. Beberapa merek alat terkenal lain juga
sekarang memiliki model terbaru dengan fitur untuk 3D seperti Scratch, Davinci
Resolve, Autodesk, Nuke, dan sebagainya.
Penayangan
film 3D di bioskop digital memerlukan dua proyektor interlocking atau
satu proyektor dengan dua lensa. Merek-merek proyektor terkenal yang biasa
digunakan untuk sinema digital adalah Christie, Barco, Sony, dan Kinoton.
Selain
itu diperlukan alat untuk mengatur agar proyektor optik bisa memutar film 3D.
Ada beberapa merek terkenal yang membuat peralatan ini seperti RealD, Dolby 3D,
dan IMAX 3D. Real D merupakan sistem 3D bioskop yang paling banyak digunakan
pada saat ini karena efek tiga dimensi yang dihasilkan tetap stabil walaupun
penonton melihat dalam posisi kepala mendongak atau menunduk. Ini disebabkan
karena teknologi circular polarization yang ada di lensa kaca
mata dan sebuah perangkat untuk mengatur pencahayaan yang dipasang di proyektor
optik. Selain itu dari faktor ekonomis, harga kaca mata circular
polarization lebih murah daripada kaca mata berteknologi lain seperti
LCD.
Dolby
3D memakai teknologi colorwheel yang memiliki sejumlah filter
berwarna yang berfungsi mentransmisikan gambar dengan berbagai level gelombang
cahaya untuk menampilkan efek gambar 3D. Metode ini disebut wavelength
multiplex visualization. Kaca mata untuk sistem Dolby 3D lebih mahal dari
buatan RealD dan rapuh. Namun kelebihan Dolby 3D dibanding kompetitor seperti
RealD adalah bisa berfungsi di proyektor konvensional.
IMAX
3D adalah perusahaan di bidang teknologi bioskop yang awalnya berkecimpung
dalam pengambilan gambar dan penayangan film dengan format film resolusi
lebih tinggi dari 35mm, yaitu 65mm film negatif dengan kamera IMAX dan 70mm
proyektor IMAX untuk penayangan. Karena resolusi yang dihasilkan sistem ini
besar maka ukuran layar bioskop IMAX berukuran sangat besar dibandingkan di
bioskop konvensional. IMAX sudah terlibat dalam penanganan 3D sejak zaman
analog dengan membuat proyektor untuk copy film 70mm dengan dua lensa yang berjarak
64mm (jarak rata-rata antara kedua mata manusia). Ketika IMAX mulai menggunakan
teknologi digital di tahun 2008, mereka mendapatkan bahwa resolusi yang
dihasilkan oleh dua proyektor 2K tidak bisa menyamai kualitas print 70mm
analog. Mereka menemukan bahwa kualitas gambar dari dua proyektor 2K tetap
lebih rendah dari satu proyektor 4K. Semenjak 2012, IMAX bekerja sama dengan
Barco menghasilkan dua buah proyektor 4K dan menurut laporan hasilnya cukup
bagus.
Sebagian
industri perfilman sedang merilis film 4 dimensi (4D) yaitu dimana si penonton
benar-benar merasakan seakan dia sedang berada pada latar film tersebut
ditambah dengan pergerakan kursi dan efek yang ditumbulkan dari ruangan
tersebut yang menyebabkan penonton benar-bernar bergerak ke segala arah. Film 4
dimensi di Indonesia pernah di putar di Dunia Fantasi, Jakarta beberapa tahun
yang lalu. Film tersebut menceritakan tentang seekor berunag kutub kecil yang
terpisah dengan induknya akibat melelehnya es di kutub karena suhu di kutub
semakin memanas. Efek ruangan yang ditimbulkan adalah semprotan air seakan-akan
penonton merasakan cipratan air saat bongkahan es jatuh di hadapan mereka.
Kemudian kursi digerakkan mengikuti arah bongkahan es yang bergerak seakan-akan
penonton berada di bongkahan es yang mengarungi lautan luas.
Referensi :
https://ulfahputribisbapti.wordpress.com/2014/12/16/perkembangan-teknologi-dalam-bidang-perfilman/
[1] Edinburgh
Gate, Longman Active Study Dictionary 5th Edition, (United
Kingdom:Pearson Longman, 2010), cet. ke-5, h. 330.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar